Rabu, 27 Mei 2009

Green Growth-A New Path For Korea

“Low Carbon, Green Growth”
Sebuah visi nasional Korea menuju 60 tahun yang akan datang. Korea menyatakan akan menempuh jalan baru untuk pengembangan ekonomi, yaitu “jalan hijau” (green path).

Green growth bukan sekadar program lingkungan yang bertujuan mengurangi polusi lingkungan atau mitigasi gas rumah kaca. Kebijakan ini memiliki cakupan yang lebih luas-bahkan merupakan paradigma baru dalam pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan lingkungan pada masa lalu kerap difokuskan pada solusi jangka pendek. Dalam banyak kesempatan, penentu kebijakan terlibat dalam perdebatan yang tak habis-habisnya seputar “pelestarian lingkungan” dan “kemakmuran ekonomi”.

Strategi “green growth”

Kini, “Low Carbon, Green Growth” merupakan kata kunci di Korea. Sejak visi tersebut dikumandangkan bulan Agustus 2008 lalu, pemerintah Korea telah meluncurkan serangakaian inisiatif hijau untuk membantu Korea melakukan lompatan besar (leapfrog) menuju masyarakat karbon rendah (low carbon society). Green growth akan menjadi penggerak utama perubahan di Korea, dari kebijakan-kebijakan perekonomian menjadi gaya hidup masyarakat.
Green growth akan menfasilitasi transisi Korea menuju perekonomian berbasis pengetahuandan membawa nilai-nilai yang lebih besar dan hijau pada proses produksinya.
Green growth juga akan mengubah gaya hidup masyarakat. Edukasi terlibat dari kesadaran yang meningkat serta perubahan perilaku akan membantu Korea menjadi tempat yang lebih baik dan menyenangkan untuk ditinggali bagi generasi yang akan datang.

Rencana Energi Dasar Nasional

Konsep green growth telah diintegrasikan ke dalam rencana-rencana nasional seputar energi dan iklim. Rencana energi nasional ini menetapkan tujuan untuk meningkatkan pangsa energi dari tahun ke tahun. Sementara itu, rencana perubahan iklim adalah rencana yang paling menyeluruh dan ambisius yang dikembangkan Korea untuk mengatasi masalah perubahan iklim, yang mencakup adaptasi dan upaya-upaya internasional. Diumumkan pada 6 Januari 2009, Paket Stimulus merupakan rencana investasi senilai 50 trilyun won (sekitar 38,5 miliar dolar AS) untuk masa empat tahun kedepan terhadap sembilan proyek hijau utama dan proyek-proyek lain yang akan menciptakan lapangan kerja baru yang hijau.
Sembilan proyek utama tersebut meliputi, pertama, revitalisasi empat sungai utama; kedua, pembangunan transportasi hijau; ketiga, pembuatan database tentang wilayah dan sumber daya nasional; keempat, manajemen sumber daya nasional; keempat, manajemen sumber daya air; kelima, program kendaraan hijau dan energi yang lebih bersih; keenam, program daur ulang sumber daya; ketujuh, program manajemen hutan dan biomasa; kedelapan, rumah, kantor, dan sekolah hijau; dan kesembilan, lanskap dan infrastruktur yang lebih hijau.

Partisipasi pemerintah Korea dalam pembangunan hutan tanaman di Indonesia

Kunjungan Presiden Korea Selatan ke Indonesia diharapkan menjadi momentum dalam program pembangunan hutan tanaman secara lestari dan optimal yang merupakan kebutuhan mutlak bagi kedua negara, serta dapat memberikan kontribusi yang besar pada kedua negara maupun dunia.
Selama ini, kerja sama kedua negara di bidang kehutanan telah berjalan baik dan terus berkembang dari tahun ke tahun. Kedua negara telah mengadakan kesepakatan untuk membangun hutan tanaman di Indonesia. Telah juga dibahas berbagai proyek pada Forum Kehutanan, seperti proyek pembangunan persemaian dan pemuliaan pohon, rehabilitasi hutan bakau, ekowisata, A/R CDM (Aforestarsi/ Reforestarsi Clean Developtment Mechanism) dan REDD (Reducing Emission from Deforesting and Degradation). Sehubungan kerjasama bidang kehutanan kedua negara yang telah berjalan cukup lama, cukup banyak investor Korea yang tertarik dan berminat untuk berinvestasi di bidang kehutanan, khususnya pembangunan hutan tanaman di Indonesia.
Pemerintah Indonesia memiliki potensi lahan yang luas dengan iklim yang mendukung pertumbuhan hutan dengan cepat, akan tetapi masih terdapat sejumlah kendala. Di sisi lain, Pemerintah Korea memiliki modal dan bioteknologi yang memadai, namun luas lahan terbatas dengan iklim yang kurang memadai. Apabila potensi kedua negara tersebut digabungkan dalam suatu kerjasama strategis maka pembangunan hutan tanaman dapat dilaksanakan secara professional menggunakan bioteknologi yang tepat sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi pembangunan hutan tanaman secara lestari. Selanjutnya, Pemerintah Korea akan mendapat basis luar negeri untuk memanfaatkan sumber daya hutan dan biomas serta berbagai industri pengolahan hasil hutan dan mendukung kebijakan “green growth” yang merupakan pokok kebijakan Pemerintah Korea saat ini.
Di samping itu melalui pembangunan hutan tanaman secara lestari dan optimal, kedua negara dapat memberikan kontribusi yang cukup besar kepada dunia untuk menstabilisasi iklim dunia dengan mengurangi tekanan eksploitasi hutan alam. Hal ini juga sangat mendukung kebijakan “satu orang satu pohon” sebagai upaya untuk menumbuhkan budaya menanam.

diambil dan disadur dari Harian Kompas, Sabtu, 7 Maret 2009

Kesimpulan :

Dari artikel singkat ini kita dapat mengambil kesimpulan upaya dunia, tepatnya Korea dan Indonesia, dalam menangani krisi pemanasan global. Lalu, apa hubunganya dengan kertas? Dalam artikel ini memang tidak disebutkan mengenai kertas namun, kami hanya ingin menyajikan pengetahuan seputar perubahan iklim yang merupakan tujuan akhir kita bersama dalam mencoba menanggulangi global warming.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar